Gangguan LRT Jabodebek, DPR Panggil Kemenhub

Gangguan LRT Jabodebek, DPR Panggil Kemenhub
informasi-publik.com,

Jakarta – Insiden terganggunya operasional Kereta Light Rapid Transit Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (LRT Jabodebek) pada akhir pekan lalu menyisakan pertanyaan serius mengenai keselamatan dan protokol darurat. Gangguan yang menyebabkan penumpang harus dievakuasi dengan berjalan kaki di atas lintasan layang tersebut kini menarik perhatian Komisi V DPR RI. Lembaga legislatif berencana memanggil Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan operator LRT Jabodebek untuk meminta pertanggungjawaban.

Ketua Komisi V DPR RI, Lasarus, menyatakan rencana pemanggilan tersebut akan dilakukan saat masa sidang yang akan datang. Ia mengungkapkan rasa tidak percayanya atas insiden yang menimpa moda transportasi massal yang merupakan proyek infrastruktur megah tersebut.

“Untuk proyek semegah LRT bisa mengalami kejadian seperti kemarin memang mengundang pertanyaan kita semua, termasuk soal evakuasi penumpang saat mogok kereta terjadi yang mempertontonkan ke publik ketidakprofesionalan operator LRT (Jabodebek),” sambung Lasarus saat dihubungi pada Senin (27/10/2025).

Pernyataan ini menegaskan kekecewaan dan kekhawatiran pihak legislatif terhadap kinerja operator dalam menangani situasi darurat, yang dinilai telah mengorbankan kenyamanan dan rasa aman penumpang.

Akar Masalah: Gangguan pada Sistem Kelistrikan Third Rail

Sebelumnya, pengelola LRT Jabodebek telah mengeluarkan pernyataan resmi dan memohon maaf atas gangguan yang terjadi. Melalui akun Instagram resmi @lrt_jabodebek pada Sabtu (25/10), dijelaskan bahwa akar permasalahan terletak pada sistem kelistrikan yang menjadi nyawa operasional kereta.

“Gangguan disebabkan oleh kendala pada sistem third rail yang berfungsi sebagai penyuplai listrik bagi kereta, sehingga seluruh perjalanan di semua lintas pelayanan untuk sementara tidak dapat dioperasikan,” demikian isi pernyataan tertulis tersebut.

Third rail atau rel ketiga adalah komponen critical yang menyediakan daya listrik langsung untuk kereta. Gangguan pada sistem ini menyebabkan seluruh rangkaian kereta di lintasan tidak dapat bergerak. Pihak operator kemudian menyatakan bahwa operasional LRT Jabodebek telah kembali normal di semua rute setelah kendala teknis berhasil diatasi.

Kisah Mencekam Evakuasi di Ketinggian

Di balik pernyataan resmi yang singkat tersebut, tersimpan pengalaman mencekam yang dialami langsung oleh para penumpang. Aida (25), salah seorang penumpang, menceritakan detik-detik menegangkan saat ia dan penumpang lain terpaksa berjalan kaki di atas lintasan layang LRT.

Aida menuturkan, ia naik LRT dari Stasiun Kuningan, Jakarta Selatan, dengan tujuan Stasiun Harjamukti pada Sabtu (26/10/2025). Perjalanan terhenti sekitar pukul 08.41 WIB. Setelah menunggu cukup lama, proses evakuasi dimulai sekitar pukul 09.20 WIB. Para penumpang dipandu untuk berjalan kaki menuju Stasiun Rambutan dengan jarak yang ia perkirakan mencapai 800 meter.

“Tinggi banget. Itu aku video yang bawahnya pohon. Kalau yang bawahnya tol lebih geter lagi. Lebih ngeri pas ada patahan (celah) beton. Yang agak belok dan ada gapnya. Jadi berasa gemeter-nya,” ujar Aida, menggambarkan betapa traumanya pengalaman tersebut.

Ia mengaku kakinya gemetar sepanjang perjalanan evakuasi. Untuk merasa lebih aman, ia terus berpegangan pada pembatas jalur. Kisah ini menggarisbawahi betapa protokol evakuasi darurat untuk transportasi layang (elevated) membutuhkan persiapan yang lebih matang, tidak hanya dari sisi teknis tetapi juga psikologis penumpang.

Tantangan Ke Depan: Evaluasi Menyeluruh

Insiden ini menyoroti beberapa titik kritis dalam operasional LRT Jabodebek. Pertama, adalah keandalan (reliability) sistem kelistrikan yang menjadi tulang punggung operasi. Gangguan pada third rail yang dapat melumpuhkan seluruh jaringan adalah mimpi buruk untuk sistem transportasi massal.

Kedua, dan yang paling disorot oleh Komisi V DPR, adalah efektivitas dan keselamatan prosedur evakuasi. Memaksa penumpang untuk berjalan ratusan meter di ketinggian, tanpa kendaraan penyelamat atau metode yang lebih aman, menunjukkan celah dalam manajemen krisis.

Pemanggilan oleh Komisi V DPR nantinya diharapkan dapat mengungkap evaluasi mendalam dari Kemenhub dan operator. Mulai dari langkah-langkah pencegahan agar insiden serupa tidak terulang, hingga penyusunan ulang protokol evakuasi yang lebih manusiawi dan aman, sehingga kepercayaan publik terhadap LRT Jabodebek sebagai moda transportasi yang andal dan aman dapat dipulihkan.


Apa pendapatmu? Tulis di kolom komentar dengan sopan dan beretika. Jangan lupa bagikan agar semakin banyak yang tahu!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *