Israel dan Iran Sepakat Gencatan Senjata di Tengah Gelombang Rudal

Israel dan Iran Sepakat Gencatan Senjata di Tengah Gelombang Rudal
informasi-publik.com,

Dalam laporan yang di rilis Al Jazeera disebutkan Bahwa, Sinar harapan perdamaian mulai tampak di tengah kabut perang yang menyelimuti Timur Tengah selama hampir dua pekan terakhir. Iran dan Israel, dua negara yang berada di pusat pusaran konflik regional, akhirnya menyetujui perjanjian gencatan senjata setelah 12 hari saling meluncurkan serangan udara yang menewaskan ratusan dan mengancam stabilitas global.

Presiden Amerika Serikat, Donald J. Trump, yang turut berperan dalam mediasi diplomatik, mengumumkan gencatan senjata melalui media sosial Truth miliknya, menyerukan kepada kedua pihak agar menahan diri dan tidak melanggar perjanjian damai yang rapuh ini.

“Gencatan senjata sekarang berlaku. Tolong jangan melanggarnya!” tulis Trump dalam unggahan singkatnya.

Kesepakatan Gencatan Senjata: Peran Trump dan Respons Dunia

Gencatan senjata ini datang tidak lama setelah AS terlibat langsung dalam konflik dengan melakukan serangan ke tiga fasilitas nuklir Iran—Fordow, Natanz, dan Isfahan—menggunakan pesawat B-2 dan bom bunker buster. Langkah tersebut dipicu oleh kekhawatiran bahwa Iran sedang mendekati tahap akhir pengembangan senjata nuklir.

Sebagai mediator, Trump mengklaim telah berkoordinasi langsung dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang dalam pernyataan resminya menyebut bahwa Israel menyetujui proposal gencatan senjata dari Presiden AS.

“Mengingat pencapaian tujuan operasi, dan dalam koordinasi penuh dengan Presiden Trump, Israel telah menyetujui proposal Presiden untuk gencatan senjata bilateral,” kata Netanyahu.

Sebelumnya, televisi pemerintah Iran juga melaporkan bahwa Teheran telah memulai penghentian serangan berdasarkan waktu yang ditentukan, yakni 07.30 GMT.

Serangan Menit Terakhir dan Korban Jiwa

Meski gencatan senjata telah diumumkan, serangan udara dan rudal tetap berlangsung hingga detik-detik terakhir menjelang tenggat waktu. Enam gelombang peluncuran rudal dari Iran dilaporkan menyasar berbagai kota di Israel, menyebabkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur.

Baca Lainnya  Sejarah hubungan AS-Iran: Dari pergantian rezim tahun 1953 hingga serangan Trump

Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menyatakan bahwa operasi militer tersebut merupakan bagian dari “hukuman atas agresi Israel”. Ia menambahkan bahwa serangan dihentikan tepat pada tenggat waktu yang disepakati dalam perjanjian gencatan senjata.

“Operasi militer Angkatan Bersenjata kami yang kuat untuk menghukum Israel atas agresinya berlanjut hingga menit terakhir,” tulis Araghchi di media sosial.

Di sisi lain, militer dan layanan darurat Israel melaporkan bahwa sebagian besar rudal berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara, namun tetap ada korban jiwa di beberapa lokasi. Tidak lama setelah itu, sirene rudal dihentikan, dan warga diinstruksikan untuk meninggalkan tempat perlindungan.

Respons dari Teheran dan Prospek Perdamaian

Dalam siaran langsung dari Teheran, Tohid Asadi, reporter Al Jazeera, menyebut bahwa serangan udara dari Israel telah berhenti, dan ibu kota Iran mulai kembali tenang. Ia menyebut situasi ini sebagai “indikasi yang menjanjikan tentang prospek gencatan senjata,” meski menambahkan bahwa situasi tetap rapuh dan penuh ketegangan.

Iran dan Israel sama-sama memperingatkan bahwa mereka akan merespons keras jika ada pelanggaran kesepakatan. Kondisi ini menandakan bahwa meskipun konflik mereda, perdamaian jangka panjang masih belum terjamin.

Gema Gencatan Senjata: Seruan untuk Gaza

Tak lama setelah pengumuman gencatan senjata Iran-Israel, pemimpin oposisi Israel Yair Lapid mengalihkan perhatian publik ke konflik yang belum usai di wilayah Gaza. Dalam pernyataannya, ia meminta Netanyahu untuk menyelesaikan konflik berkepanjangan dengan kelompok Hamas, yang telah berlangsung selama lebih dari 20 bulan.

“Dan sekarang Gaza. Sudah waktunya untuk menyelesaikannya di sana juga. Bawa kembali para sandera, akhiri perang,” tulis Lapid di akun media sosialnya.

Namun, kelompok garis keras di Israel justru mengkritik perjanjian gencatan senjata ini, menyebut Iran sebagai ancaman permanen yang tidak bisa dipercayai. Anggota Partai Likud, Dan Illouz, menilai bahwa satu-satunya jalan keluar dari konflik ini adalah dengan mengalahkan total rezim Iran.

“Rezim di Iran bukanlah rezim yang membuat kesepakatan tetapi rezim yang harus dikalahkan,” katanya.

Ancaman Nuklir dan Sikap IAEA

Salah satu pemicu konflik ini adalah kekhawatiran bahwa Iran telah mendekati ambang pengembangan senjata nuklir. Presiden Trump dan Israel sebelumnya menyatakan bahwa serangan terhadap fasilitas nuklir adalah tindakan pencegahan.

Baca Lainnya  Krisis Kashmir Memanas: India Serang Pakistan atas Tragedi Pembunuhan Wisatawan, Islamabad Siap Membalas

Menanggapi hal tersebut, pada Senin (24/6), Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menuntut akses penuh ke semua situs nuklir Iran untuk melakukan verifikasi atas kondisi uranium yang diperkaya dan lokasi penyimpanan terbaru.

Beredar spekulasi bahwa Iran mungkin telah memindahkan sebagian besar cadangan uranium mereka menjelang serangan udara dari Amerika Serikat.

Mohammad Eslami, Kepala Organisasi Energi Atom Iran, mengatakan bahwa pemerintah sedang menilai kerusakan yang terjadi dan akan segera melakukan restorasi terhadap industri nuklir yang terdampak.

“Rencananya untuk mencegah gangguan dalam proses produksi dan layanan,” kata Eslami kepada Reuters.

Dunia Menyambut Gencatan Senjata dengan Hati-hati

Berbagai negara di dunia menyambut baik kesepakatan gencatan senjata, namun menegaskan bahwa keamanan jangka panjang hanya bisa dicapai melalui diplomasi berkelanjutan. PBB, Uni Eropa, dan negara-negara Teluk menyatakan dukungan terhadap upaya perdamaian, namun tetap waspada atas potensi pelanggaran kesepakatan.

Beberapa analis memperingatkan bahwa tanpa langkah diplomatik lanjutan, gencatan senjata ini bisa berubah menjadi penundaan konflik yang lebih besar. Ancaman nuklir, aliansi militer, dan kepentingan regional membuat kawasan Timur Tengah tetap menjadi titik panas geopolitik dunia.

Perjanjian gencatan senjata antara Iran dan Israel, yang dimediasi oleh Presiden AS Donald Trump, membawa secercah harapan bagi stabilitas kawasan. Namun, dengan rapuhnya perdamaian dan ancaman nuklir yang belum selesai, dunia masih menanti apakah kesepakatan ini akan membuka jalan menuju penyelesaian konflik yang lebih luas, atau hanya menjadi jeda sebelum babak perang berikutnya.

Situasi di Gaza, ancaman balasan dari Iran, dan kekhawatiran komunitas internasional atas program nuklir Teheran akan menjadi ujian sesungguhnya dari komitmen semua pihak terhadap perdamaian jangka panjang.

Apa pendapatmu? Tulis di kolom komentar dengan sopan dan beretika. Jangan lupa bagikan agar semakin banyak yang tahu!

*) Oleh : Red

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *