Surabaya – Gemerlap acara Nalatico 2025 yang memukau di Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya (27-30 November 2025), ada sebuah kisah inspiratif yang tak kalah bersinar. Relawan “TEMPESABAR” (Tempat Pemilahan Sampah Barokah) hadir bukan hanya sebagai pengelola sampah, tetapi sebagai pahlawan lingkungan yang mengubah limbah menjadi berkah.
Hiruk pikuk acara NALATICO 2025 ini, para relawan TEMPESABAR dengan sigap memilah sampah, memisahkan yang kering dari yang basah, kardus dari plastik, dan pecahan kaca dari lainnya. Ketelitian mereka bukan tanpa alasan, karena di tangan mereka, sampah bukan lagi sekadar masalah, melainkan potensi yang tersembunyi.
Susianah Ita, sang koordinator Relawan Tempe Sabar, dengan penuh semangat menyampaikan rasa terima kasih kepada para donatur yang telah berpartisipasi dalam pelelangan sampah di Nalatico 2025. “Sumbangsih Anda sungguh luar biasa! Dana yang terkumpul akan menjadi oase bagi anak-anak yatim piatu di Yayasan Baiturrahman Surabaya,” ujarnya dengan haru.
Kisah menakjubkan berlanjut, dari 64 kg sampah yang terkumpul, awalnya diperkirakan hanya bernilai Rp185.000. Namun, berkat semangat gotong royong dan kepedulian yang membara, sampah-sampah itu berhasil dilelang dengan harga fantastis, mencapai Rp1.000.000! PT Amidis Tirta Mulia, perusahaan air minum ternama yang diwakili oleh Mas Rangga Dwi Bramantya, tampil sebagai pembeli utama, menunjukkan komitmen mereka terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan.
“Ini bukan sekadar tentang membuang sampah, tapi tentang menciptakan masa depan yang lebih baik,” tegas Susianah, menggambarkan bagaimana program ini mendukung prinsip keberlanjutan, mengurangi sampah di TPA, dan mendorong ekonomi sirkular.
Lebih dari sekadar pengelolaan sampah, inisiatif Relawan Tempe Sabar adalah model praktik baik yang dapat direplikasi di berbagai acara. Dengan mengurangi dampak negatif lingkungan, mereka juga memberikan manfaat ekonomi dan sosial yang nyata bagi masyarakat.
“Semoga kisah ini menginspirasi kita semua untuk melihat sampah sebagai peluang, bukan hanya masalah,” pungkas Susianah Ita, menutup kisah inspiratif ini dengan harapan akan masa depan yang lebih bersih dan peduli.
Apa pendapatmu? Tulis di kolom komentar dengan sopan dan beretika. Jangan lupa bagikan agar semakin banyak yang tahu!

