Asal Usul Lapangan THOR, Jejak Klub Sepak Bola Tertua di Surabaya

Asal Usul Lapangan THOR, Jejak Klub Sepak Bola Tertua di Surabaya
informasi-publik.com,

Surabaya – Masyarakat Kota Pahlawan tentu tidak asing dengan nama Lapangan THOR yang terletak di kawasan Pakis, Surabaya. Namun, tak banyak yang mengetahui bahwa sebutan “THOR” sejatinya bukan sekadar nama lapangan, melainkan berasal dari nama klub sepak bola legendaris era kolonial yang berdiri pada 7 September 1901.

THOR merupakan akronim dari kalimat berbahasa Belanda “Tot Heil Onzer Ribbenkast”. Klub ini beranggotakan warga Eropa, khususnya orang-orang Belanda yang tinggal di Kotapraja Surabaya.

Pegiat sejarah Surabaya, Nur Setiawan, menjelaskan bahwa klub THOR memiliki peran penting dalam perkembangan sepak bola di Indonesia, khususnya di Surabaya.

“THOR adalah simbol awal lahirnya budaya olahraga modern di Surabaya. Di sinilah sepak bola Eropa pertama kali berkembang di kota ini, sebelum era klub-klub bumiputera seperti Persebaya muncul,” tutur Nur Setiawan, Selasa (9/12/2025).

Pada masa kejayaannya, THOR pernah menjuarai turnamen sepak bola non-bumiputera sebanyak tujuh kali, yakni pada tahun 1902, 1904, 1908, 1919, 1920, 1928, dan 1931. Lapangan tempat mereka berlatih dan bertanding kemudian dikenal sebagai Lapangan THOR yang kini lebih resmi disebut Gelora Pancasila.

Menurut Nur Setiawan, lapangan ini menjadi saksi penting perjalanan olahraga di Surabaya.

“Bisa dibilang, THOR adalah cikal bakal lapangan sepak bola modern di kota ini. Walau sudah berganti nama menjadi Gelora Pancasila sejak 1964, masyarakat tetap menyebutnya THOR karena nilai historisnya yang kuat,” ujarnya.

Pemugaran besar-besaran dilakukan pada 27 November 1964 menjelang Pekan Olahraga Nasional (PON). Gaya arsitektur yang digunakan saat itu disebut bergaya Jenki,khas bangunan olahraga era 60-an. Sejak itu, kompleks lapangan dilengkapi dengan gedung dan gelanggang atletik.

Kini, Gelora Pancasila tidak hanya menjadi pusat aktivitas olahraga warga, tetapi juga memiliki museum olahraga yang menampilkan perjalanan sejarah olahraga di Surabaya, termasuk kisah tentang klub THOR itu sendiri.

Nur Setiawan menambahkan bahwa keberadaan museum ini penting untuk menjaga ingatan kolektif masyarakat.

“Kita tidak boleh kehilangan jejak sejarah olahraga kita sendiri. THOR bukan sekadar nama, tetapi simbol transisi dari masa kolonial menuju kemandirian bangsa dalam bidang olahraga,” tegasnya.

Dengan wajah barunya, Lapangan THOR atau Gelora Pancasila kini bukan hanya ruang kebugaran, melainkan juga monumen hidup yang menyimpan jejak panjang peradaban olahraga Surabaya.

*) Oleh : Latif

Apa pendapatmu? Tulis di kolom komentar dengan sopan dan beretika. Jangan lupa bagikan agar semakin banyak yang tahu!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *