Polsek Tegalsari Ludes Dibakar,Sepenggal Sejarah Surabaya Hilang

Polsek Tegalsari Ludes Dibakar,Sepenggal Sejarah Surabaya Hilang
informasi-publik.com,

Surabaya – Polsek Tegalsari bukan sekadar kantor polisi, melainkan juga bangunan cagar budaya yang memiliki nilai sejarah tinggi. Terletak di kawasan Kaliasin, Surabaya, bangunan ini sudah berdiri sejak era kolonial dan hingga kini tetap difungsikan sebagai pusat keamanan wilayah.

Di bagian belakang, terdapat bunker bersejarah yang menjadi simbol perjuangan kemerdekaan Indonesia. Keberadaan bunker tersebut menandakan bahwa lokasi ini tidak hanya sebagai pusat pemerintahan kolonial, tetapi juga menjadi saksi bisu perjalanan panjang bangsa.

Jejak Sejarah dalam Perjuangan Kemerdekaan

Pegiat Sejarah Surabaya, Nur Setiawan, menuturkan bahwa Polsek Tegalsari memiliki peran penting dalam sejarah perjuangan rakyat Surabaya.

“Pada tahun 1945 kantor ini menjadi markas polisi istimewa yang pusatnya berada di Hoofberau, kini Polrestabes Surabaya. Kesatuan ini menjadi bagian penting dalam peristiwa perang 10 November,” jelas Nur, Rabu (03/08/2025).

Bangunan ini dikenal dengan arsitektur khasnya. Jendela kecil yang berfungsi sebagai ruang pantau menjadi bukti desain kolonial yang disesuaikan dengan fungsi keamanan kota kala itu. Menurut Nur, keunikan tersebut menjadikan Polsek Tegalsari bukan hanya sekadar kantor polisi, tetapi juga penyimpan kisah perjuangan bangsa.

Tindakan Vandalisme Disesalkan

Sayangnya, nilai sejarah tersebut tercoreng akibat adanya tindakan vandalisme pada bangunan Polsek Tegalsari. Aksi tidak bertanggung jawab ini menimbulkan kerusakan yang sangat disayangkan oleh berbagai kalangan.

Nur Setiawan menegaskan bahwa kerusakan pada cagar budaya berarti bukan hanya kehilangan aspek fisik, tetapi juga hilangnya sepotong sejarah bangsa.

“Kerusakan pada Polsek Tegalsari akibat tindakan vandalisme sangat disayangkan. Bangunan ini bukan hanya simbol sejarah, tetapi juga identitas bangsa,” ujarnya.

Seruan Tegas untuk Pemerintah dan Kepolisian

Sebagai pemerhati sejarah, Nur Setiawan mendesak pemerintah dan aparat penegak hukum untuk mengambil langkah serius dalam menindak para pelaku vandalisme.

“Saya berharap pemerintah dan kepolisian bertindak tegas terhadap pelaku, tanpa pandang bulu, untuk mencegah kejadian serupa di masa depan,” tegasnya.

Nur menambahkan bahwa upaya pelestarian situs sejarah merupakan tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah, tetapi juga masyarakat.

Menjaga Identitas Lewat Sejarah

Menurut Nur, setiap bangunan cagar budaya memiliki arti penting dalam membentuk identitas bangsa. Dengan rusaknya bangunan bersejarah akibat ulah tangan jahil, generasi mendatang berpotensi kehilangan jejak untuk memahami perjalanan bangsanya sendiri.

“Situs sejarah tercoreng oleh perilaku tidak bertanggung jawab, yang ingin menghapus jati diri bangsa. Kita harus menjaga dan melestarikan sejarah untuk memahami identitas dan arah bangsa,” pungkasnya.

Kasus vandalisme di Polsek Tegalsari Surabaya menjadi pengingat pentingnya kesadaran kolektif dalam menjaga cagar budaya. Bangunan bersejarah bukan hanya milik pemerintah, tetapi juga warisan bangsa yang harus dijaga bersama.

Dengan adanya perhatian dari pegiat sejarah dan desakan masyarakat, diharapkan pemerintah kota Surabaya beserta aparat kepolisian dapat mengambil langkah konkret untuk melindungi Polsek Tegalsari serta situs bersejarah lainnya dari ancaman kerusakan.

*) Oleh : Red

Apa pendapatmu? Tulis di kolom komentar dengan sopan dan beretika. Jangan lupa bagikan agar semakin banyak yang tahu!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *