Paving Blok dari Sampah Plastik: Inovasi Mahasiswa KKN UINSA untuk Masa Depan yang Lebih Baik
BONDOWOSO – Masalah sampah yang menumpuk dan kurangnya kesadaran masyarakat dalam mengelola limbah menjadi persoalan utama yang dihadapi oleh masyarakat Desa Sukosari Lor, Kecamatan Sukosari, Kabupaten Bondowoso.
Kebiasaan membuang sampah ke sungai dan membakar sampah di sekitar permukiman kerap menimbulkan masalah seperti banjir dan polusi udara. Melihat kondisi tersebut, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) 141 Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya berinisiatif menghadirkan solusi ekologis dan ekonomis melalui inovasi pengolahan sampah plastik menjadi paving blok.
Program ini digagas oleh Muhammad Yusron Faqih, mahasiswa KKN UINSA yang memperoleh inspirasi dari pengalaman magangnya di Sister City Program antara Pemerintah Kota Surabaya dan Kota Kitakyushu, Jepang. Dalam program tersebut, Yusron belajar tentang konsep ekonomi sirkular dan pemanfaatan limbah sebagai sumber daya produktif. Inovasi tersebut kemudian dikembangkan bersama tim KKN 141 UINSA dan disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi masyarakat Sukosari Lor.
Proses pembuatan paving ini menggunakan bahan dasar limbah plastik rumah tangga yang sebelumnya hanya menjadi sumber pencemaran. Komposisinya terdiri dari 60% sampah plastik kering, 10% oli bekas, dan 30% pasir halus. Sampah plastik dilelehkan bersama oli, lalu dicampur dengan pasir, dimasukkan ke cetakan, dipres menggunakan alat tekan, dan kemudian direndam selama lima jam agar mengeras. Hasil akhirnya adalah paving blok ramah lingkungan yang cukup kuat digunakan untuk jalur ringan seperti halaman rumah, taman, atau jalur pedestrian.
Inovasi ini tidak hanya bertujuan untuk mengurangi volume sampah plastik di lingkungan, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi desa. Paving dari limbah plastik ini dirancang untuk menjadi produk unggulan yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sukosari Lor. Dengan pengembangan skala produksi yang lebih besar, paving tersebut dapat dijual ke desa-desa sekitar dan menjadi sumber pendapatan baru bagi masyarakat.
Meski hasil awal menunjukkan potensi yang menjanjikan, tim KKN juga mencatat beberapa tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah keterbatasan peralatan seperti alat press dan cetakan paving yang masih dilakukan secara manual. Selain itu, paving yang dihasilkan masih perlu diuji secara teknis agar dapat memenuhi standar kekuatan seperti yang ditetapkan oleh SNI.
Tantangan lainnya adalah membangun kesadaran masyarakat secara menyeluruh agar tidak hanya menerima hasilnya, tetapi juga aktif berpartisipasi dalam pengelolaan sampah dari hulu.
“Kami ingin membuktikan bahwa sampah bisa bernilai dan punya potensi ekonomi, tidak hanya menumpuk atau mencemari lingkungan. Inovasi ini kami bawa dari pengalaman magang dan kami sesuaikan dengan realita masyarakat desa,” ujar Muhammad Yusron Faqih selaku penggagas program.
Ia juga menjelaskan,program ini juga mendapat respons positif dari pemerintah desa. Kepala Desa Sukosari Lor mengapresiasi semangat mahasiswa KKN dalam memberikan solusi nyata bagi masalah desa.
“Saya berharap program ini dapat terus dikembangkan dan didukung oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah dan mitra swasta, agar pengelolaan sampah di desa bisa bertransformasi menjadi peluang usaha yang berkelanjutan,”jelas Muhammad Yusron Faqih,Selasa (22/07/2025).
Dengan pendekatan inovatif ini, mahasiswa KKN 141 UINSA membuktikan bahwa perubahan tidak selalu harus dimulai dari hal besar. Dari sampah plastik yang sebelumnya tidak bernilai, kini desa Sukosari Lor mulai melihat masa depan yang lebih bersih, sehat, dan mandiri secara ekonomi.