Wartawan Bodrex Ancaman Bagi Kredibilitas Pers dan Kepercayaan Publik

29 Juli 2025 | Redaksi

 

Surabaya — Dunia jurnalistik saat ini tengah dihadapkan pada sebuah fenomena yang mencoreng wajah pers Indonesia, yakni munculnya wartawan Bodrex. Istilah ini merujuk pada oknum yang mengaku sebagai jurnalis, namun tidak memiliki integritas, kompetensi, dan etika profesi. Parahnya lagi, mereka kerap melakukan aksi pemerasan terselubung dengan kedok peliputan.

Dengan hanya bermodalkan ID card bertuliskan “wartawan”, para oknum ini menampilkan diri seolah-olah adalah bagian dari media profesional. Namun, realitasnya jauh panggang dari api. Mereka tidak memahami prinsip dasar jurnalistik, mulai dari teknik menulis yang baik, riset, verifikasi informasi, hingga berpikir kritis.

“Mereka hadir bukan untuk menyampaikan kebenaran, tapi mencari keuntungan pribadi dengan menakut-nakuti narasumber,” ujar seorang jurnalis senior di Surabaya yang enggan disebut namanya.

Ciri-Ciri Wartawan Bodrex

Masyarakat umum perlu memahami ciri-ciri khas wartawan Bodrex, agar dapat membedakan antara jurnalis profesional dengan oknum pemanfaat profesi:

  1. Mengambil foto tanpa izin, lalu menggunakannya untuk menakut-nakuti pemilik usaha atau narasumber.
  2. Meminta uang atau imbalan dengan dalih agar berita negatif tidak dipublikasikan (takedown berbayar).
  3. Tidak memiliki kartu uji kompetensi wartawan (UKW) atau afiliasi media yang jelas.
  4. Menulis berita tanpa konfirmasi, tanpa cover both sides, dan sarat fitnah.
  5. Tidak mengenal etika jurnalistik, seperti menghargai privasi, tidak menghakimi, dan menjaga independensi.

Dampak Buruk terhadap Dunia Pers

Kehadiran wartawan Bodrex merusak kepercayaan publik terhadap media. Di saat media berkualitas berjuang menjaga netralitas dan menyuarakan kepentingan rakyat, oknum seperti ini malah merusak reputasi seluruh ekosistem pers.

“Ini bukan hanya soal nama baik wartawan, tapi juga soal rusaknya sistem kontrol sosial di masyarakat,” jelas seorang pengamat media di Surabaya.

Alih-alih menjadi agen perubahan sosial dan pengontrol kekuasaan, wartawan Bodrex justru menjadi alat intimidasi bagi masyarakat dan pelaku usaha kecil. Bahkan, tak jarang mereka melakukan framing negatif terhadap individu atau institusi tertentu demi kepentingan pribadi atau pesanan pihak ketiga.

Baca Lainnya :  Jatanras Polda Jatim & Polres Pasuruan Kota Berhasil Ringkus Pelaku Penculikan Santri Ponpes Metal

Peran Dewan Pers dan Edukasi Publik

Sudah saatnya Dewan Pers dan organisasi profesi mengambil langkah tegas. Edukasi kepada masyarakat tentang perbedaan wartawan profesional dan oknum sangat penting, agar masyarakat tidak mudah tertipu hanya karena seseorang mengaku “media”.

Masyarakat juga bisa menanyakan hal-hal berikut saat bertemu wartawan:

Jurnalis Profesional: Pilar Demokrasi, Bukan Alat Ancaman

Profesi wartawan bukan sekadar “berita” dan “kamera”, tapi adalah tanggung jawab sosial dan moral untuk menyampaikan informasi yang benar, berimbang, dan mendidik. Seorang jurnalis sejati akan mengonfirmasi fakta, menjaga kode etik, serta menghindari sensasi murahan.

Wartawan sejati akan menguji setiap informasi sebelum dipublikasikan:

Fenomena wartawan Bodrex menjadi alarm serius bagi dunia pers Indonesia. Profesi jurnalis harus dijaga marwahnya, bukan menjadi alat untuk mencari keuntungan sesaat. Masyarakat berhak tahu siapa yang layak disebut wartawan, dan siapa yang hanya memakai nama wartawan untuk menakut-nakuti.

Mari bersama kita jaga etika, integritas, dan profesionalisme jurnalistik, agar kepercayaan terhadap media tetap terjaga dan demokrasi tetap sehat.