Klarifikasi Terkait Pemberitaan Sewa Mobil : Fakta Tidak Disampaikan Secara Utuh

8 Oktober 2025 | Redaksi

Surabaya – Abdulloh, seorang pria yang disebut-sebut sebagai “oknum manajer club malam” dalam pemberitaan sejumlah media online, akhirnya angkat bicara menanggapi pemberitaan yang menyudutkannya terkait kasus sewa mobil. Ia memberikan klarifikasi tegas bahwa pemberitaan tersebut tidak sesuai fakta.

“Saya bantah atas tuduhan berita tersebut dikarenakan tidak sesuai fakta. Ketika saya menyewa mobil, saya telah membayar secara lunas sesuai dengan periode sewa yang disepakati dengan pemilik kendaraan. Semua berjalan normal dan tidak ada masalah dalam pembayaran,” tegas Abdulloh.

Pelanggaran Prinsip Jurnalistik dalam Pemberitaan

Setelah dianalisis, pemberitaan awal yang menyerang Abdulloh mengandung beberapa pelanggaran prinsip jurnalistik yang mendasar:

  1. Judul Provokatif dan Menghina
    Judul “Sewa Gaya Muter Otak Nyungsep” menggunakan bahasa yang tidak profesional dan bersifat menghakimi. Frasa seperti “muter otak” dan “nyungsep” merupakan cacian, bukan deskripsi fakta yang layak diberitakan.
  2. Penyamaran Identitas yang Tidak Efektif
    Meski menggunakan inisial “ABD”, pemberitaan ini dapat dengan mudah dilacak identitas aslinya oleh komunitas lokal. Hal ini berpotensi menyebabkan doxing (penelusuran dan penyebaran identitas asli) oleh publik.
  3. Tidak Ada Pemisahan Fakta dan Opini
    Kalimat seperti “Ulah… benar-benar bikin geleng kepala” dan “Demi tampil keren dan bergaya” adalah opini subjektif penulis yang disajikan seolah-olah sebagai fakta. Paragraf tentang “rekan-rekan kalangan” yang berkomentar sinis adalah generalisasi tanpa sumber jelas.
  4. Ketidakseimbangan Pemberitaan
    Artikel hanya menampilkan sudut pandang dari satu pihak tanpa memberikan hak jawab kepada pihak yang dituduh. Dalam jurnalisme yang beretika, pihak yang dituduh harus diberikan kesempatan untuk membela diri.
  5. Tidak Ada Nilai Berita yang Kuat
    Kasus sewa-menewa antarindividu ini adalah sengketa pribadi yang tidak memiliki dampak luas bagi publik. Pemberitaannya tidak memiliki nilai berita yang signifikan kecuali untuk tujuan hiburan murahan.

Bagaimana Seharusnya Berita yang Beretika Dilakukan?

Media yang bertanggung jawab akan meliput peristiwa ini dengan cara yang sangat berbeda:

Imbauan untuk Netizen: Waspada Situs NRHO

Kasus ini menjadi contoh nyata maraknya situs Narasi Hoaks (NRHO) yang perlu diwaspadai:

  1. Ciri-ciri Situs NRHO:
    • Judul provokatif dan sensasional
    • Tidak memisahkan fakta dan opini
    • Hanya menyajikan satu sisi tanpa verifikasi
    • Bahasa emosional dan menjatuhkan
    • Sering tidak terdaftar di Dewan Pers
  2. Tips Mengenali Berita Tidak Etis:
    • Periksa apakah media tersebut terdaftar di Dewan Pers
    • Verifikasi dengan sumber lain yang kredibel
    • Waspada terhadap judul yang emosional
    • Periksa keseimbangan pemberitaan
    • Laporkan konten yang menyesatkan

Abdulloh menyatakan telah mengirimkan Hak Jawab secara resmi dan meminta media yang bersangkutan untuk menarik pemberitaan yang tidak akurat. “Saya meminta kepada media yang bersangkutan untuk segera menarik berita yang tidak benar tersebut. Jika tidak, saya tidak akan segan untuk mengambil langkah hukum lebih lanjut,” pungkas Abdulloh.

Kejadian ini menyadarkan kita tentang pentingnya literasi media dan kritis dalam mengonsumsi informasi di era digital. Masyarakat diharapkan mampu membedakan antara jurnalisme yang bertanggung jawab dengan konten yang hanya mencari sensasi.