Surabaya – Di tengah disrupsi informasi digital yang memicu proliferasi disinformasi dan eskalasi polarisasi sosial, sebuah studi strategis tengah dirumuskan untuk mengartikulasikan literasi keagamaan digital moderat sebagai intervensi konkret dalam menangkal narasi keagamaan ekstrem dan misinformasi di era pasca-kebenaran. Penelitian dua tahun ini mengimplementasikan pendekatan kualitatif eksploratif berbasis Research and Development (R&D)
Wakil Ketua PP GP Ansor Zulkarnain menjelaskan, fokus utama penelitian ini adalah konstruksi model literasi keagamaan digital yang tidak hanya menginkorporasi kompetensi teknologis, melainkan juga menginternalisasi nilai-nilai inklusivitas, perdamaian, dan kontekstualitas. Penelitian ini diharapkan dapat mewujudkan persamaan, keadilan, dan tanggung jawab sosial.
“Era digital telah merekonfigurasi paradigma dakwah dan diseminasi informasi. Namun, ruang digital juga dieksploitasi oleh aktor-aktor yang menyebarkan provokasi berbasis agama. Literasi digital yang moderat dan berakar pada semangat kebangsaan menjadi imperatif mendesak saat ini,” ujar Zulkarnain, Wakil Ketua PP GP Ansor.
Penelitian ini akan melibatkan beberapa fase, termasuk memetakan morfologi disinformasi keagamaan dan implikasinya terhadap polarisasi sosial, serta pengembangan dan validasi konsep melalui Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan akademisi, otoritas keagamaan, dan komunitas digital.
Dr. Zainal Abidin Achmad,M,Si menekankan pentingnya pendekatan interdisipliner dalam menangkal disinformasi keagamaan.
“Masalah disinformasi agama tidak hanya terkait dengan dimensi teologis atau media, tetapi juga terkait dengan struktur sosial, psikologi massa, dan politik identitas. Oleh karena itu, literasi keagamaan digital harus menyentuh semua dimensi tersebut secara reflektif dan solutif,”tutur Dr. Zainal Abidin Achmad,M,Si.
Menurutnya,pendekatan interdisipliner ini akan mengintegrasikan perspektif dari berbagai disiplin ilmu, seperti sosiologi, psikologi, dan ilmu politik, untuk memahami akar masalah disinformasi agama dan menawarkan solusi yang lebih komprehensif.
“Dengan demikian, model literasi yang dikembangkan dapat memberikan pemahaman holistik dan solusi yang efektif pada tingkat individu, komunitas, dan struktur sosial yang lebih luas, ujar Dr. Zainal Abidin Achmad,M,Si.
Bukan hanya itu,penelitian tentang Literasi Keagamaan Digital Moderat ini hadir sebagai respons terhadap kondisi ruang digital yang mengalami polarisasi signifikan.
“Transformasi digital yang semula diantisipasi akan memperkuat diversitas, kini cenderung menjadi arena kontestasi ideologis yang kerap menampilkan eksklusivitas dan intoleransi, imbuhnya.
Literasi keagamaan digital moderat diantisipasi akan menjadi strategi kebudayaan baru untuk memelihara kohesi sosial dalam era informasi yang ditandai bias, afeksi, dan manipulasi algoritmik. Penelitian ini menargetkan praktik digital aktual dan bersentuhan langsung dengan realitas sosial masyarakat, berbeda dari studi-studi sebelumnya yang berorientasi pada pendidikan formal.
Dengan luaran berupa model konseptual dan validasi lapangan, penelitian ini tidak hanya berkontribusi pada korpus akademik, tetapi juga menawarkan solusi kebudayaan untuk memperkuat resistensi masyarakat terhadap radikalisme digital. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi langkah penting dalam membangun masyarakat yang lebih toleran dan berintegritas di era digital.
Apa pendapatmu? Tulis di kolom komentar dengan sopan dan beretika. Jangan lupa bagikan agar semakin banyak yang tahu!