Pagar Nusa Benteng Ulama, Warisan Budaya, dan Penjaga NKRI

Pagar Nusa Benteng Ulama, Warisan Budaya, dan Penjaga NKRI
informasi-publik.com,

Pagar Nusa, atau Pencak Silat Nahdlatul Ulama, bukan sekadar organisasi bela diri. Ia adalah representasi dari perpaduan antara seni pencak silat tradisional dengan nilai-nilai keislaman, kebangsaan, dan sosial yang kokoh. Didirikan oleh Nahdlatul Ulama (NU), Pagar Nusa menjadi benteng ulama, pelindung pesantren, dan penjaga kedaulatan NKRI yang dibentuk dengan semangat cinta tanah air sebagai bagian dari iman.

Pencak Silat yang Menyatukan Spirit Keislaman, Kebangsaan, dan Keamanan Sosial

Sebagai salah satu badan otonom NU yang paling dinamis, Pagar Nusa telah berkembang pesat dan memiliki jutaan pendekar di seluruh Indonesia. Di balik gerakan silatnya, tersimpan misi besar: mengawal nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jama’ah, menjaga keutuhan bangsa, dan memberdayakan pemuda agar menjadi kader umat dan kader bangsa yang tangguh.

Sejarah Berdirinya Pagar Nusa

Berdirinya Pagar Nusa dilatarbelakangi oleh kegelisahan para ulama dan pendekar NU atas belum adanya wadah tunggal yang menaungi berbagai perguruan silat di lingkungan Nahdlatul Ulama. Kala itu, para pesilat NU berdiri sendiri-sendiri dan tidak memiliki payung organisasi yang jelas.

Inisiatif awal datang dari KH. Suharbillah, seorang pendekar asal Surabaya, yang kemudian sowan kepada KH. A. Mustofa Bisri (Gus Mus) untuk meminta saran. Gus Mus menyarankan agar beliau menghadap ke KH. Abdulloh Maksum Jauhari (Gus Maksum) di Lirboyo, Kediri.

Proses ini berlanjut dengan musyawarah para ulama dan aktivis silat di Pesantren Tebuireng, Jombang, pada 27 September 1985, yang menghasilkan keputusan untuk membentuk organisasi pencak silat yang berafiliasi kepada NU.

Akhirnya, pada 3 Januari 1986, digelar pertemuan penting di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, yang menjadi momen deklarasi berdirinya organisasi Pagar Nusa dengan KH. Abdulloh Maksum Jauhari sebagai Ketua Umum pertama.

Baca Lainnya  Alih Fungsi Penjara Koblen, Ketua PC PMII Surabaya: Urgensi Atau Politisasi

Kemudian, pada 16 Juli 1986, PBNU secara resmi mengesahkan Pagar Nusa sebagai badan otonom di bawah naungan Nahdlatul Ulama. Saat itu, PBNU dipimpin oleh KH. Ahmad Shiddiq sebagai Rais Aam dan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai Ketua Umum.

Sejak saat itu, Pagar Nusa memiliki nama resmi: “Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa”, dan terus berkembang menjadi kekuatan besar dalam bidang bela diri, dakwah, budaya, dan pengabdian sosial.

Nilai-Nilai yang Dijunjung Tinggi oleh Pagar Nusa

1. Islam Ahlussunnah wal Jama’ah

Pagar Nusa mengajarkan silat bukan semata teknik bela diri, tetapi juga akhlak, adab, dan spiritualitas Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Dalam latihan-latihan, shalat berjamaah, dzikir, dan pengajian menjadi bagian yang tak terpisahkan.

2. Nasionalisme

Pendekar Pagar Nusa tidak hanya melindungi ulama, tetapi juga siap menjaga keutuhan NKRI dari ancaman radikalisme, intoleransi, dan disintegrasi bangsa. Pagar Nusa membentuk karakter pemuda agar cinta tanah air dan siap membela bangsa dalam berbagai kondisi.

3. Persaudaraan

Silat menjadi sarana membangun ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah wathaniyah. Di Pagar Nusa, solidaritas antarpesilat dan rasa persaudaraan menjadi modal utama dalam mengabdi kepada umat dan bangsa.

Pagar Nusa di Tengah Masyarakat dan Dunia Keamanan Sosial

Peran Pagar Nusa saat ini tidak hanya terbatas dalam lingkup pesantren. Mereka hadir dalam kegiatan sosial, tanggap bencana, hingga mengawal keamanan wilayah bersama kepolisian.

Banyak pendekar Pagar Nusa yang tergabung dalam Satgas Keamanan NU, turut serta dalam pengamanan ibadah lintas agama, termasuk menjaga gereja saat perayaan Natal dan Paskah. Ini adalah bentuk nyata toleransi dan moderasi beragama yang menjadi identitas NU dan Pagar Nusa.

Baca Lainnya  Syukur Tak Terhingga Mengiringi Selapan Ananda Arsya Alfarizqi Saputra

Dalam beberapa waktu terakhir, Pagar Nusa juga aktif dalam program “Jogo Jatim” bersama Polda Jawa Timur. Mereka diajak menjadi mitra strategis kepolisian dalam menjaga keamanan dan ketertiban, khususnya di kalangan pemuda.

Revitalisasi Peran Pendekar di Era Digital

Sebagai organisasi kepemudaan berbasis bela diri, Pagar Nusa terus beradaptasi dengan perkembangan zaman. Melalui pelatihan digital, pembuatan konten edukatif di media sosial, hingga pelibatan generasi muda dalam event nasional, Pagar Nusa ingin menunjukkan bahwa pendekar masa kini bukan hanya piawai dalam jurus dan tenaga, tapi juga cakap dalam berpikir dan berinovasi.

Dengan semboyan “Dari Pesantren untuk Peradaban Dunia”, Pagar Nusa ingin menjadikan silat NU sebagai warisan budaya yang mendunia.

Menuju Masa Depan: Pilar Ketahanan Sosial Budaya Bangsa

Dengan kaderisasi yang kuat, disiplin organisasi yang rapi, serta sinergi dengan berbagai pihak, Pagar Nusa diarahkan menjadi kekuatan sosial budaya yang mampu menjaga ketahanan masyarakat. Di tengah dinamika zaman dan tantangan global, keberadaan Pagar Nusa menjadi penyeimbang antara tradisi, keislaman, dan kemajuan teknologi.

Sebagaimana pesan para masyayikh:

“Pendekar sejati bukan yang paling kuat tenaganya, tapi yang paling istiqamah dalam menjaga kebenaran dan kehormatan.”

 

Apa pendapatmu? Tulis di kolom komentar dengan sopan dan beretika. Jangan lupa bagikan agar semakin banyak yang tahu!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *