Ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran kembali memanas dan mencapai titik kritis setelah Presiden Donald J. Trump pada Minggu (22/6) waktu setempat memerintahkan serangan udara langsung ke tiga fasilitas nuklir utama Iran, yaitu Natanz, Fordow, dan Isfahan. Serangan yang melibatkan lebih dari 125 pesawat militer dan 75 bom presisi itu dilakukan dengan dalih menghentikan program nuklir Iran yang dianggap membahayakan keamanan Israel dan sekutunya.
Trump menyebut serangan ini sebagai bagian dari “operasi rahasia tingkat tinggi” yang diklaim berhasil “menghancurkan” target bawah tanah Iran. Menurut laporan resmi dari Gedung Putih, langkah ini diambil setelah Israel melancarkan serangan awal pada 13 Juni lalu, menuduh Teheran hampir mencapai tahap pengembangan senjata nuklir.
Dikutip dari laporan media Al Jazeera, ketegangan ini menambah daftar panjang konflik AS-Iran yang sudah berlangsung selama lebih dari tujuh dekade.
Musuh Abadi Sejak Revolusi 1979
Iran telah menjadi musuh utama Amerika Serikat di Timur Tengah sejak Revolusi Islam tahun 1979, ketika Ayatollah Ruhollah Khomeini menggulingkan Shah Mohammad Reza Pahlavi yang pro-Barat. Hubungan bilateral yang sebelumnya berjalan dekat, tiba-tiba berubah menjadi permusuhan yang terus membara hingga saat ini.
Konflik ini mencakup ambisi nuklir Iran, dukungan Iran terhadap milisi regional, dan keterlibatan politik AS dalam kebijakan dalam negeri Iran. Seiring waktu, masing-masing pihak saling memberlakukan sanksi, operasi militer, dan dukungan terhadap kelompok oposisi di kawasan.
Garis Waktu Ketegangan Iran-AS Sejak 1953
Dikutip dari laporan Al Jazeera, berikut adalah rangkaian sejarah penting hubungan kedua negara:
1953: Kudeta Didukung AS
Amerika Serikat mendukung kudeta terhadap Perdana Menteri Iran, Mohammad Mosaddegh, yang berupaya menasionalisasi Perusahaan Minyak Anglo-Iran (cikal bakal BP). CIA dan intelijen Inggris menggulingkan Mosaddegh dan mengembalikan Shah Pahlavi ke tampuk kekuasaan.
1957: Atoms for Peace
AS mendukung ambisi nuklir sipil Iran melalui program Atoms for Peace, dan bahkan menyuplai reaktor nuklir dan uranium. Kerja sama ini menjadi fondasi dari isu nuklir modern.
1979: Revolusi Islam
Rakyat Iran menggulingkan Shah dan memilih sistem pemerintahan Republik Islam. Ayatollah Khomeini menjadi pemimpin tertinggi. Hubungan diplomatik dengan AS putus total setelah penyanderaan di Kedutaan Besar AS di Teheran.
1980-1988: Dukungan AS kepada Irak
Saat Irak di bawah Saddam Hussein menyerang Iran, AS mendukung Irak, memperparah konflik. Perang delapan tahun ini menewaskan ratusan ribu jiwa, termasuk akibat senjata kimia yang digunakan Irak.
1984: Iran Dicap Sponsor Teroris
AS menuduh Iran berada di balik serangan bom terhadap pangkalan marinir AS di Lebanon yang menewaskan 241 tentara AS. Iran ditetapkan sebagai negara sponsor terorisme.
1988: Iran Air Ditembak Jatuh
Kapal perang AS menembak jatuh pesawat sipil Iran Air IR655, menewaskan 290 orang. AS menyebutnya kesalahan, tapi tidak pernah meminta maaf resmi.
1995–1996: Sanksi Tambahan
Presiden Bill Clinton melarang transaksi dengan Iran dan menargetkan sektor energi serta penjualan senjata kepada Iran. Dukungan Iran terhadap Hizbullah dan Hamas jadi alasan utama.
2002: “Poros Kejahatan” dan Uranium
Presiden George W. Bush menyebut Iran sebagai bagian dari “Axis of Evil”. Tahun yang sama, laporan pengayaan uranium Iran memicu kekhawatiran dunia.
2015: Kesepakatan Nuklir JCPOA
Presiden Barack Obama menandatangani kesepakatan dengan Iran dan lima negara besar lainnya, membatasi aktivitas nuklir Iran dengan imbalan pencabutan sanksi.
2018: Trump Tarik Diri
Trump secara sepihak keluar dari JCPOA, memberlakukan kembali sanksi berat, dan memicu ketegangan baru. Iran kemudian melanggar komitmen nuklirnya.
2020: Qassem Soleimani Dibunuh
Trump memerintahkan serangan drone yang menewaskan Jenderal Qassem Soleimani, tokoh militer paling berpengaruh di Iran. Iran membalas dengan menyerang basis militer AS di Irak.
2025: Puncak Ketegangan dan Serangan Langsung
Pada bulan Maret 2025, Trump mengirim surat kepada Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, mengusulkan kesepakatan baru. Namun ditolak, dan pembicaraan dilakukan melalui Oman dan Italia sebagai mediator. Saat pembicaraan mencapai titik kritis, Israel melakukan serangan besar-besaran ke fasilitas nuklir Iran, yang disusul serangan langsung dari AS pada 22 Juni.
Trump mengklaim serangan ini sebagai pencegahan terhadap ancaman nuklir dan bentuk solidaritas terhadap Israel.
Iran menegaskan akan membalas serangan AS, meski belum ada tanggapan resmi saat artikel ini ditulis.
Gencatan Senjata dan Masa Depan Konflik
Pada 23 Juni 2025, Presiden Trump mengumumkan gencatan senjata telah disepakati oleh Iran dan Israel, meski belum disebutkan apakah Iran menerima secara resmi. Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel, mengonfirmasi kesepakatan ini dan memperingatkan akan respon keras terhadap pelanggaran.
Namun, situasi tetap rapuh. Serangan udara terakhir Iran disebut berlangsung hingga detik terakhir sebelum tenggat waktu yang ditentukan, menunjukkan keengganan untuk tunduk tanpa perlawanan.
Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat tidak terjadi dalam semalam. Garis waktu sejarah panjang membuktikan bahwa konflik ini berakar dari kudeta, revolusi, intervensi asing, hingga konflik energi dan ideologi.
Dikutip dari laporan Al Jazeera, dinamika hubungan dua negara ini menunjukkan pola siklus ketegangan dan gencatan yang belum menemukan penyelesaian permanen.
Dengan situasi saat ini, dunia kembali waspada terhadap potensi perang skala penuh, terutama jika upaya diplomatik gagal dan kedua pihak tetap bersikeras pada posisi masing-masing. Solusi damai dan diplomasi internasional menjadi satu-satunya harapan untuk menghindari krisis global yang lebih besar.
Apa pendapatmu? Tulis di kolom komentar dengan sopan dan beretika. Jangan lupa bagikan agar semakin banyak yang tahu!